Ujian Syafahi (Lisan)

30/05/2017 | 5.663 kali
Pendidikan

Ujian Syafahi (Lisan) "Sarana Mengasah Mental Santri"

oleh: Toni Regal, ME. Sy

Selasa, 23 Mei s/d Selasa, 30 Mei 2017. Pondok Pesantren Darussalam Rajapolah Tasikmalaya telah melaksanakan Ujian Syafahi (lisan) dalam rangkaian Ujian Kenaikan Kelas tahun ajaran 2016-2017. Ujian ini berguna untuk menjadi tolak ukur kemampuan santri dalam memahami dan menangkap pelajaran yang telah diberikan dalam Proses Belajar Mengajar selama kurun waktu satu tahun dari semester ganjil dan semester genap, serta menguji mental santri dalam menjawab setiap soal yang diberikan penguji.

Di Pondok Pesantren Darussalam pelaksanakan ujian diawali dengan ujian syafahi (lisan) dan ini merupakan sunnah Pondok. Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya, Pondok Pesantren Darussalam menerapkan tiga model kurikulum, yaitu Kurikulum KMI Gontor, Salafi dan Kemendikbud. Kepanitian Ujian Lisan tahun ini melibatkan guru penguji sebanyak 88 orang. Setiap santri diberikan kesempatan untuk menjawab soal-soal ujian lisan selama -+20 s/d 30 menit. 

Adapun materi yang diujikan dalam ujian lisan adalah Bahasa Inggris (reading, conversation, dictation, vocabularies, translation dan grammar), Bahasa Arab (dursul lughoh, muhadatsah, nahwu, shorof, mahfudzat, mufrodat, tarjamah, imla’ dan balagoh), Kutub Turost/Kitab Kuning (safinah, jurumiyyah, tijan, akhlaq, kifayatul awam, fathul qorib, imriti, kailani dan ta’lim muta’alim) dan Al-Qur’an (qiraat, tajwid, juz amma, ibadah amaliyah, ibadah qauliyah dan doa-doa).

Seluruh santri wajib mengikuti ujian syafahi (lisan) ini karena salah satu syarat untuk mengikuti ujian tahriri (tulis) .Setelah selesainya ujian lisan akan dilanjutkan dengan ujian tulis yang akan dilaksanakan pada hari Rabu, 31 Mei s/d Kamis, 8 Juni 2017.

Ada kata bijak yang sering terdengar para santri ketika waktu ujian dilaksanakan. Dan hal ini sering di ucapakan oleh bapak pimpinan dalam nasehatnya menjelang pelaksanaan ujian.

بِالْاِمْتِحَانِ يُكْرَمُ الْمَرْءُ أَوْ يُهَانُ

Yang artinya: “ Dengan ujian seseorang bisa mulia atau hina”.

Kalimat tersebut sangat sederhana tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Bagaimana tidak, ketika seseorang lulus dalam ujian orang tersebut mendapat kesenangan yang luar biasa dan tentunya pujian akan datang dan terus mengalis kepadanya sehingga orang tersebut merasa mulia dan terpuji karena kelulusannya dalam ujian. Sebaliknya ketika seseorang tidak lulus dalam ujian orang tersebut tentunya akan mendapatkan kesedihan yang luar biasa besarnya dan merasa apa yang telah ia lakukan selama ini sia-sia belaka, tidak berguna dan bermanfaat. Orang tersebut merasa terhina dan malu dengan predikat yang disandangnya yaitu tidak lulus dalam ujian.

Itulah kutipan hikmah yang bisa dijadikan sebagai motivasi para santri dalam menghadapi ujian.


Share:
Berita & Artikel Lainnya