Konsep Pendidikan Menurut Badiuzzaman Said Nursi

11/10/2015 | 4.330 kali
Pendidikan

Konsep Pendidikan Menurut Badiuzzaman Said Nursi

Hal yang menjadi corak pembaruan Badiuzzaman Said Nursi, yakni pendidikan umat. Bagi Nursi, kebodohanlah yang menjadi salah satu penyebab utama kemunduran sehingga dengan sangat mudah umat Islam dijajah dan hidup dalam kekuasaan bangsa asing di negeri sendiri. Oleh sebab itu, usaha Said Nursi pertama kali ialah menyadarkan umat akan pentingnya pendidikan. Usaha ini diiringi dengan penyadaran akan kesatuan dan kepaduan agama dan sains modern. Ini diwujudkan dengan cara mengajar di sekolahnnya, Madrasah Khurkhur, dan berbagai madrasah di kota-kota kecil lainnya.

Dia melihat bahwa untuk maju, umat Islam perlu mempunyai mutu pendidikan yang tinggi dengan lembaga pendidikan tinggi independent sebagai pusat intelektual. Untuk itu dia mendirikan universitas Islam sekelas al-Azhar di Mesir dengan nama Medresetü’z-Zehra. Meskipun selalu terganjal oleh perang dan gagal mewujudkannya, Said Nursi terus memberikan pelajaran-pelajaran melalui risalah-risalahnya. Di samping itu, di berbagai penjara yang ditempatinya –sebagian besar hidup Nursi di habiskan di penjara sebagai tahanan politik, dia menjadikan penjara itu sebagai medrese, sekolahan bagi para narapidana di dalamnya yang dikenal dengan Medere Yunusiyah dan Medrese Yusufiyah. Kemudian seluruh murid-muridnya yang mempelajari Risale-i Nur dikenal dengan Medrese Nuriye atau Tullab al-Nur yang tersebar di seluruh dunia.

Satu poin yang patut dicatat bahwa pembaruan pemikiran Said Nursi dalam bidang pendidikan adalah menyatukan kembali etos agama dan sains modern. Landasan filosofisnya bahwa alam merupakan salah satu tanda kebesaran Allah. Manusia sebagai makhluk-Nya yang paling sempurna diberi kemampuan untuk menggali alam. Dalam pandangan Nursi, manusia hanya akan “bermakna” jika terkait dan meyandarkan diri pada Allah, sehingga kemampuan manusia untuk memikirkan alam sehingga melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan merupakan pancaran dari cahaya Allah. Dengan dasar inilah seluruh ilmu pengetahuan yang lahir karena semata-mata untuk mendalami ayat-ayat (tanda-tanda) kekuasaan Allah merupakan sains yang berjiwa agama, dan merupakan entitas tunggal-padu. Pemikiran ini sekaligus menghilangkan image bahwa agama dan sains itu dua entitas yang berbeda yang ditanamkan oleh paham Sekulerisme.


Share:
Berita & Artikel Lainnya