Kuliah Umum PPKA Babak III KHUTBATUL IFTITAH Pondok Pesantren Darussalam Rajapolah Tasikmalaya

10/08/2020 | 1.213 kali
Acara+Tahunan

Kuliah Umum PPKA Babak III

KHUTBATUL IFTITAH

Setiap tahun di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor ada kegiatan tahunan yang dilaksanakan di awal masuk santri baru, yang dinamakan Khutbatul Iftitah. Demikian juga di Pondok Pesantren Darussalam Rajapolah Tasikmalaya juga mengadakan kegiatan Khutbatul Iftitah, atau disebut juga Khutbatul Arsy atau Khutbah Perkenalan atau Khutbah Perpeloncoan. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh santri baik yang baru atau yang lama, juga seluruh guru baik yang baru atau yang lama dan sudah sepuh, kegiatan ini sangat penting untuk tajdidun niah dalam menjaga orientasi Pondok.

Pada tanggal 10 Agustus 2020 ini, masuk pada Kuliah Umum Babak III, Bapak Pimpinan Pondok pesantren Darussalam Rajapolah Tasikmalaya membahas tentang Khutbatul Iftitah. Kegiatan dihadiri oleh Pembina Yayasan, Pengawas Yayasan dan Kepala Sekolah SMP dan SMA Terpadu Darussalam.

Sedikit merenung tentang kata Iftitah, arti kata Iftitah adalah pembukaan, atau pidato awal sehingga isinya banyak membahas perkenalan pondok, maksudnya agar seluruh santri, guru atau seluruh civitas akademik Pondok, paham tentang pondok tidak salah paham, mengerti tentang pondok tidak salah pengertian dan memperkuat orientasi pondok tidak melenceng dari orientasinya. Iftitah selalu dilakukan di awal karena sifatnya pembuka, di Al-Qur’an juga ada surat pembuka Namanya QS Al-Fatihah, berada di awal, menjadi surat pertama di Al-Qur’an walaupun sebenarnya bukan surat pertama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada baginada Rasulullah SAW. Inilah yang menarik untuk direnungkan, “QS. Al-Fatihah bukan Surat yang pertama yang diturunkan oleh Allah SWT, tetapi Allah meletakkanya menjadi bagian awal di Al-Qur’an”.

Surat yang pertama kali diturunkan oleh Allah adalah Surat Al-Alaq ayat 1-5, dalam tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Alaq diterangkan Asbabun Nuzulnya : Di gua itu beliau didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata: ‘Bacalah!’ Rasulullah saw. bersabda, “Maka kukatakan: ‘Aku tidak dapat membaca.’” Lebih lanjut beliau bersabda: “Lalu Jibril memgangku seraya mendekapku sampai aku merasa kepayahan. Selanjutnya Jibril mendekapku untuk kedua kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Selanjutnya dia melepaskanku lagi seraya berkata: ‘Bacalah.’ Aku tetap menjawab: ‘Aku tidak bisa membaca.’ Lalu dia mendekapku untuk ketiga kalinya sampai aku benar-benar kepayahan.’ Setelah itu dia melepaskan aku lagi seraya berkata:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

 Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.s Surat Al-Alaq:1-5)


Berdasarkan Asbabun Nuzul di atas, Jelas terlihat bahwa Surat Pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah untuk membaca, sementara Nabi tidak bisa membaca, tidak pernah belajar membaca tetapi dipaksa sampai tiga kali untuk harus tetap membaca, ini hikmah bahwa yang dibaca bukanlah membaca tulisan, tetapi membaca segala sesuatu dengan nama Tuhan yang menciptakan. Dengan membaca seperti ini akan ditemukan pemahaman yang sesungguhnya akan segala sesuatu. Dengan membaca seperti ini akan mampu mendefinisikan secara utuh akan segala sesuatu sehingga tidak salah pengertian. Dengan membaca seperti ini akan dibimbing oleh Allah dengan perantaraan qalam, diajarkan oleh Allah apa yang tidak diketahuinya sehingga tidak tersesat dan tetap berada dalam orientasi atau koridor atau jalan yang benar. Oleh karena itu secara singkat perintah membaca itu dimaksud baca diri agar tahu diri, baca alam agar dapat mengambil ibroh, baca seagala sesuatu agar memahami keadaan, situasi dan kondisi.

Agar seseorang tetap berada dalam jalan yang benar, yang lurus, tidak melnceng ke jalan yang sesat dan jalan yang dimurkai, di dalam surat Al-Fatihah kita diperintahkan berdo’a :

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)

  1. Tunjukilah kami jalan yang lurus,
  2. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


Demikianlah tujuan khutbatul iftitah ini diharapkan sesuai dengan perintah yang ada di QS Al-Alaq dan do’a yang ada di QS Al-Fatihah, semua civitas akademika pondok bisa mengenal pondok dengan pemahaman yang benar, mengerti akan pondok dengan pengertian yang benar, dan menjaga pondok ini agar tetap berada dalam jalan perwakafan, tujuan atau orientasinya yang benar, tidak melenceng dari apa yang sebenarnya. Walaupun bahasan setiap tahun sama, ini akan selalu diulang-ulang untuk memantapkan pemahaman, pengertian dan orientasi pondok. (ar)


Share:
Berita & Artikel Lainnya