Peran Santri dalam Merawat Kemerdekaan Indonesia
"Jas Merah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah," pesan tegas Ir. Soekarno. Kemerdekaan Indonesia bukan hanya hasil perjuangan tentara bersenjata. Ia juga buah dari pemikiran, doa, dan pengorbanan para santri dan ulama.
Sejak awal, santri telah memainkan peran penting—bukan sekadar mengangkat senjata, tetapi juga merumuskan dasar-dasar negara. Dalam sidang BPUPKI dan Panitia Sembilan, tokoh-tokoh berlatar pesantren seperti KH. Wahid Hasyim, KH. Agus Salim, Abdul Kahar Muzakkir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso duduk sejajar dengan Soekarno, Mohammad Hatta, Soepomo, dan Muhammad Yamin. Mereka memastikan nilai agama dan kebangsaan berpadu dalam satu napas: Indonesia.
Perjuangan santri juga nyata di medan laga. KH. Hasyim Asy’ari, lewat Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, memantik perlawanan besar-besaran yang berpuncak pada pertempuran 10 November di Surabaya. Semangat jihad santri kala itu adalah perpaduan antara kekuatan spiritual dan nasionalisme yang membara.
Hari ini, tugas santri belum usai. Jika dulu mereka merebut dan mempertahankan kemerdekaan, kini mereka harus mengisinya. Mengisi kemerdekaan berarti mengaji dan beribadah, namun juga belajar, berinovasi, dan berkarya untuk kemajuan bangsa. Santri mesti hadir di semua lini kehidupan—ekonomi, teknologi, pendidikan, politik, bahkan diplomasi.
Menuju Indonesia Emas 2045, santri harus tampil sebagai agen perubahan yang membawa semangat Islam rahmatan lil ‘alamin dan nilai-nilai kebangsaan. Santri masa kini harus berakhlak, berilmu, dan berdedikasi—berdiri sejajar dengan siapa pun di kancah global. Sebab, sejatinya Indonesia dibangun oleh gotong royong seluruh anak bangsa, dan di dalamnya selalu ada peran besar para santri, untuk mewujudkan cita-cita bangsa, agama, dan negara sebagaimana motto 80 Tahun Indonesia: “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju.”
Mari kita bangun tekad bersama untuk menjadi santri yang bersyukur dan bertanggung jawab, pelajar yang cinta ilmu dan hormat kepada guru, serta generasi Qur’ani yang mampu menjawab tantangan zaman. Kita pun harus menjadi warga negara yang cinta NKRI dan senantiasa menjaga persatuan.
Dirgahayu ke-80 Republik Indonesia. Semoga Allah senantiasa menjaga negeri ini, menjadikannya negeri yang aman, makmur, dan diridhai: “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur."
اللهم احفظ لنا هذا البلد، واجعله آمناً مطمئناً، سخاءً رخاءً، وسائر بلاد المسلمين.