Refleksi Hari Buruh: Etos Kerja dan Profesionalisme dalam Islam

02/05/2025 | 482 kali
peringatan

Refleksi Hari Buruh: Etos Kerja dan Profesionalisme dalam Islam

Hari Buruh Internasional bukan sekadar peringatan tahunan, melainkan momentum untuk merenungkan nilai-nilai luhur tentang kerja dalam pandangan Islam. Islam memuliakan pekerja dan menjadikan kerja sebagai bentuk ibadah yang bernilai spiritual tinggi.

Kerja sebagai Amanah dan Ibadah
Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu...'"
(QS. At-Taubah: 105)
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan niat yang baik, dinilai di hadapan Allah. Profesionalisme dan etos kerja adalah bentuk ketaatan dan kesungguhan dalam ibadah.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, dia menyempurnakannya."
(HR. al-Baihaqi, no. 5311)
Hadits ini menekankan pentingnya itqan—yakni menyempurnakan pekerjaan. Profesionalisme dalam Islam bukan sekadar tepat waktu dan rapi, tapi juga jujur, amanah, dan tulus.

Keteladanan Rasulullah SAW dalam Bekerja
Rasulullah SAW sebelum kenabian dikenal sebagai pedagang yang jujur dan terpercaya (al-Amin). Beliau bekerja keras, menghormati mitra, dan menjaga etika transaksi. Dalam sirah, tidak pernah tercatat bahwa beliau menipu atau bermalas-malasan dalam bekerja. Bahkan dalam kehidupan rumah tangga, Rasulullah SAW tidak segan membantu pekerjaan rumah. Aisyah RA meriwayatkan bahwa beliau menjahit pakaiannya sendiri, mengesol sandalnya, dan melakukan pekerjaan rumah tangga sebagaimana laki-laki lainnya di rumah mereka.

Menghindari Sifat Malas dan Meminta-Minta
Islam mencela sifat malas dan tidak bertanggung jawab. Dalam hadits disebutkan:
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW juga bersabda:
"Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Tangan di atas adalah yang memberi, sedangkan tangan di bawah adalah yang meminta."
(HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini  mendorong umat Islam untuk menjadi pihak yang memberi, bukan yang meminta.


Hari Buruh seharusnya menjadi momen untuk meneguhkan kembali semangat kerja sebagai ibadah. Seorang Muslim bukan hanya bekerja untuk dunia, tetapi juga untuk akhirat. Etos kerja Islam mengajarkan bahwa pekerjaan bukan sekadar mencari nafkah, tapi juga jalan menuju keberkahan.

Buruh yang profesional, jujur, dan disiplin sejatinya adalah pejuang Islam dalam ranah ekonomi dan sosial. Merekalah penggerak kemajuan umat. Maka, mari kita maknai Hari Buruh dengan memperkuat semangat kerja yang berkualitas, penuh tanggung jawab, dan selalu mengharap ridha Allah SWT.

Referensi:
- Q.S At-Taubah ayat 105
- H.R al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman, no. 5311
- H.R Bukhari dan Muslim
- "Refleksi Hari Buruh: Urgensi Bekerja dalam Islam", UIN SGD Bandung
- Jurnal: Arifin, Muhammad. 2020. "Nilai Etos Kerja dalam Islam", Jurnal Al-Muqaddimah


✍️ Fitri Masturoh
Tasikmalaya, 1 Mei 2025
🏫 https://psb.darussalam-tasik.or.id/


Share:
Berita & Artikel Lainnya